ORGANISASI INDUSTRI
Kegiatan Belajar 1
Kajian Empiris Organisasi Industri
Hasil kajian empiris yang berkaitan dengan struktur- perilaku-kinerja industri sangat erat hubungannya dengan persoalan-persoalan ekonomi mikro. Hal ini tergambar jelas pada beberapa buku yang telah diterbitkan, antara lain Industrial Organization and Economic Development yang merupakan kumpulan karangan untuk menghormati Mason. Kemudian, disusul Blair yang menuliskan Economic Concentration dengan anak judul Structure Behavior and Public Policy.
Beberapa aspek yang dipelajari organisasi industri dalam kaitannya dengan struktur- perilaku-kinerja industri adalah pertama, kebebasan memilih dan berusaha; kedua, peluang yang sama, baik dalam makna pembeli dan penjual maupun dalam kesempatan dan pemerataan pendapatan; ketiga, keadilan dan kewajaran; keempat, aspek kesejahteraan masyarakat; dan kelima menyangkut kemajuan.
Beberapa hasil penelitian Brain mengungkapkan bahwa kajian ekonomi industri masih dapat menggunakan peralatan teori ekonomi mikro yang dilengkapi oleh bahan-bahan empirik. Namun, asumsi-asumsi yang terdapat dalam persaingan murni menjadi kurang relevan karena dalam kajian-kajian ini lebih sering membahas mekanisme pasar tidak sempurna. Stigler, Bain, Shepherd, William, Caves dan beberapa nama lainnya merupakan ahli ekonomi yang banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan analisis struktur-perilaku-kinerja industri.
Kegiatan Belajar 2
Batasan-batasan dalam Kajian Organisasi Industri
Dalam peristiwa jual beli ada satu aspek yang kurang terlihat oleh pembeli, baik nyata maupun abstrak, yaitu pembeli sebenarnya berhadapan dengan satu atau lebih penjual. Pengertian ini telah memasuki wilayah pengertian struktur karena berkaitan dengan kejadian-kejadian dalam struktur pasar.
Pada proses penyederhanaan analisis sering kali terjadi pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu. Penggolongan ini dibakukan oleh Organisasi Industri pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) yang terkenal dengan International Standard Industrial Classification (ISIC). Penggolongan terbesar dengan kode satu digit misalnya untuk sektor pertanian yang merupakan sektor satu, pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor dua, industri pengolahan dan manufaktur adalah sektor tiga, sedangkan gas, listrik dan air minum masukkan ke golongan empat, dan seterusnya.
Penggunaan klasifikasi dalam mengumpulkan dan memperlancar pertumbuhan industri ini dapat mempermudah dalam penyajian data sehingga pembahasan data baik untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu maupun dalam wilayah tertentu dapat dilakukan dengan cepat. Analisis komoditi lebih melihat industri sebagai proses pengolahan produk sehingga diperlukan data yang spesifik. Data industri yang tersedia di negara maju jauh lebih lengkap sehingga pembahasan tentang struktur-perilaku-kinerja industri dapat dilakukan secara lebih mendalam.
MODUL 2
PERANAN TEORI EKONOMI DAN TUJUAN PERUSAHAAN
Kegiatan Belajar 1
Peranan Teori Ekonomi
Kajian tentang organisasi industri dengan pendekatan deduktif memerlukan acuan teori, dalam hal ini adalah teori ekonomi mikro. Menurut Joe S. Bain peranan teori antara lain adalah untuk mengantar peneliti melakukan orientasi umum, mengemukakan hipotesis dan dapat mengamati penyimpangan yang terjadi. Lingkup keberlakukan teori antara suatu aliran pemikiran dengan aliran pemikiran lain adalah berbeda. Pada aliran merkantilis lebih menitikberatkan pada ekonomi makro, psiokrat lebih bersifat ekonomi makro, pada zaman klasik bersifat makro dan mikro. Abstraksi dalam suatu teori diperlukan karena dapat mempermudah memahami suatu gejala karena realitas ekonomi yang terjadi begitu kompleks. Keadaan ini tidak akan dapat dipahami tanpa melakukan penyederhanaan.
Konsep laba dapat diartikan sebagai pengurangan penghasilan (revenue) dan biaya (cost). Bagi pemilik perusahaan, ada 3 alasan mengapa mereka mendapatkan laba, diantaranya adalah pemilik perusahaan mau menanggung resiko untuk mendapatkan laba, adanya ketidaksempurnaan pasar dan dalam jangka pendek keadaan perusahaan adalah dalam ketidakseimbangan.
Kegiatan Belajar 2
Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan dikaitkan dengan peranan teori ekonomi untuk menjawab berbagai permasalahan ekonomi sejak zaman klasik terus memunculkan kritik. Kritik yang sering diajukan bahwa penggunaan pendekatan marjinal untuk menjelaskan perilaku perusahaan adalah tidak realistik. Kritik ini diajukan karena kondisi struktur pasar persaingan sempurna yang disyaratkan tidak lagi dijumpai dalam kenyataan. Justru persaingan yang tidak sempurnalah (monopoli, oligopoli, monopolistik) yang sering ditemui.
Tujuan perusahaan juga telah berkembang semakin luas, hal ini disebabkan oleh perubahan lingkungan bisnis, di mana antara pemilik dan pengelola perusahaan adalah terpisah. Tujuan ini tidak lagi hanya sekedar untuk mencapai laba maksimum, tujuan lain dapat berupa peningkatan kekayaan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan pertumbuhan perusahaan, dan lain-lain. Dari kenyataan ini dapat memunculkan managerial discretion di mana bagian yang diterima pengelola makin besar, sedangkan bagian pemilik perusahaan semakin menurun atau dengan kata lain memunculkan divergensi antara tujuan pengelola dan pemilik perusahaan yang semakin besar. Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diantaranya Oliver E. Williamson, William J. Baumol, Mc Guire, Robin Marris dan beberapa ahli ekonomi lainnya.
Terdapat beberapa kesulitan metodologis yang dihadapi dalam mengamati perilaku perusahaan, diantaranya adalah perubahan lingkungan bisnis, meningkatnya kebutuhan terhadap perilaku organisasi, dan munculnya peralatan teknik analisis kuantitatif yang lain. Bagi negara-negara berkembang kesulitan yang dihadapi, diantaranya adalah ketidakakuratan data, data tidak lengkap, data tidak up to date dan lain sebagainya.
MODUL 3
STRUKTUR PERSAINGAN
Kegiatan Belajar 1
Persaingan Sempurna
Struktur pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang ditandai dengan ciri-ciri produk yang dihasilkan dalam industri adalah homogen, mempunyai daya substitusi yang erat (closed substituted), bebas masuk dan ke luar pasar, jumlah pembeli dan penjual sangat banyak dan masing-masing pihak (konsumen dan produsen) mempunyai informasi yang sempurna mengenai kondisi pasar.
Penentuan keseimbangan dalam pasar persaingan sempurna akan terjadi apabila penerimaan marjinal (Marginal Revenue, MR) adalah sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost, MC). Perusahaan akan mendapatkan laba lebih (excess profit) apabila kurva permintaan semakin tinggi dari titik minimum biaya total rata-rata (Average Total Cost, ATC). Keadaan ini tentunya akan menarik perusahaan lain masuk pasar, akibatnya keseimbangan yang stabil terjadi pada titik terendah ATC di mana pada kondisi ini tidak terjadi entry dan exit, sedangkan semua perusahaan mendapatkan laba normal (normal profit). Menurut beberapa pendapat keadaan ini tidak realistis dan akan hal ini diuraikan pada kegiatan selanjutnya.
Kegiatan Belajar 2
Persaingan Tidak Sempurna
Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson serta Chamberlain pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1933.
Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna, yaitu penetapan pajak secara sepihak, sumbangan lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga kerja. Robinson dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus dibayar sesuai dengan produktivitasnya marjinalnya.
Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat terjadi pada beberapa titik, yaitu pada saat ATC menurun, minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim terjadi adalah pada saat ATC menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi produk, under capacity, iklan dan kelembagaan.
Kegiatan Belajar 3
Reorientasi Teori Nilai
Bentuk pasar persaingan monopoli dikemukakan oleh Chamberlain dalam bukunya The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1932. Dalam bentuk pasar ini masing-masing perusahaan yang ada di pasar mempunyai keunggulan khusus atau memonopoli dalam metode atau teknik tertentu, tetapi di antara industri-industri yang ada mereka tetap bersaing, misalnya melalui iklan, dan lain sebagainya.
Struktur pasar inilah yang paling luas terjadi atau mendekati kenyataan karena bentuk pasar ini sangat berbeda dengan monopoli murni atau persaingan murni. Dalam bentuk pasar persaingan monopoli yang perlu mendapatkan perhatian adalah mengenai tingkat harga, jenis komoditi dan pengeluaran biaya iklan.
MODUL 4
STRUKTUR PASAR OLIGOPOLI
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Oligopoli dan Konsentrasi
Batasan tentang struktur pasar oligopoli sering dikaitkan dengan jumlah produsen yang sedikit, tetapi seperti telah diuraikan pengertian sedikit itu sangatlah relatif. Dapat saja terjadi jumlah produsen (bisa juga pedagang) ratusan, tetapi strukturnya tetap merupakan oligopoli. Pengertian ini lebih relevan kalau yang dimaksudkan adalah pasar dikuasai oleh sedikit produsen atau sedikit penjual. Nah, dalam pengertian sedikit ini masih terjadi variasi, ada yang mengatakan 4 perusahaan, ada yang mengatakan 8 perusahaan, tetapi ada juga penguasaan sebagian besar oleh 20 perusahaan. Lazimnya sekitar empat dan delapan perusahaan yang menguasai pasar.
Jenis-jenis oligopoli juga tidaklah sesederhana yang dipelajari dalam teori-teori ekonomi mikro. Tetapi secara garis besar dapat dibagi 2, yakni kolusif dan tidak kolusif kalau dilihat dari perilakunya, dan dilihat dari penguasaan pasar dapat juga dibagi dua, yakni oligopoli penuh dan parsial. Jenis-jenis oligopoli ini berkaitan pula dengan perilakunya yang akan diuraikan pada bagian kedua. Namun demikian, pengukuran yang agak realistik adalah pengukuran yang digunakan oleh J.S. Bain. Dalam pengukuran ini terlihat adanya derajat struktur oligopoli.
Tingkat konsentrasi industri dapat juga diukur dengan menggunakan kurva Lorenz, demikian juga jika ingin melihat kesenjangan dalam andil perusahaan dalam industri dapat pula diukur dengan menggunakan angka Gini. Kesejahteraan ini dapat diukur dalam besaran produksi, nilai tambah, tenaga kerja dan modal atau asset yang dimiliki perusahaan. Tingkat kesenjangan mungkin relatif rendah pada industri oligopoli penuh, pada hal industri ini mempunyai tingkat konsentrasi yang relatif tinggi. Sebaliknya, industri oligopoli parsial relatif akan lebih senjang, sedangkan konsentrasinya relatif rendah. Dalam industri oligopoli penuh tidak ditemukan perusahaan berskala kecil, sedangkan pada oligopoli parsial, sering atau banyak ditemukan perusahaan yang berskala kecil. Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan konsentrasi, antara lain adalah faktor efisiensi, skala ekonomi, kebijaksanaan pemerintah, sifat produk, merger dan kemajuan teknologi. Semua faktor ini dapat berkombinasi atau berdiri sendiri-sendiri.
Kegiatan Belajar 2
Perilaku Oligopoli
Perilaku oligopoli tidak dapat digambarkan secara menyeluruh dan umum, tetapi merupakan teori-teori khusus yang menggambarkan perilaku untuk mencapai tujuannya (kinerja industri). Kesulitan pertama karena adanya indeterminate, yakni tidak ada titik keseimbangan yang deterministik. Beberapa teori yang diuraikan tadi adalah sekadar ilustrasi bagaimana berbagai teori itu disusun dan dirumuskan dengan asumsi-asumsinya masing-masing. Setiap pengritik, akan melihat bahwa kelemahan-kelemahan teori itu terletak pada asumsi-asumsinya. Para ahli organisasi industri bertolak dari struktur telah mencoba melakukan kajian tentang perilaku industri oligopoli yang kolusif, yakni model pimpinan harga. Hal ini pun masih dibagi lagi atas tiga tipe, yakni tipe yang mempunyai biaya rendah, perusahaan yang dominan, dan barometrik. Teori ini menganggap bahwa perusahaan yang berskala besar mengetahui seluruh biaya perusahaan dan permintaan pasar. Semakin rendah tingkat harga semakin besar bagian kebutuhan pasar yang dapat dipasok oleh perusahaan yang berskala besar.
Selanjutnya, Bain telah menyusun teori harga-batas, yakni suatu industri akan melakukan rintangan masuk melalui permainan tingkat harga. Jika harga diturunkan, produksi meningkat dan pendatang baru akan tidak jadi masuk industri, tetapi pada suatu waktu industri ini dapat mengurangi produksi dan memperoleh laba abnormal dan hail ini menarik untuk entry. Kalau akan ada entry, mereka gunakan entry-gap. Teori-teori marjinal mendapat kritik, terutama dari Hall dan Hitch. Atas penelitian yang dilakukannya maka perusahaan tidak menggunakan analisis biaya marjinal dan hasil marjinal, tetapi menentukan biaya rata-rata. Dengan biaya rata-rata ini berkembang pula teori mark-up, yakni biaya variabel rata-rata ditambah dengan persentase tertentu untuk keuntungan. Keuntungan ini dapat bersifat bruto maupun neto.
Teori biaya rata-rata disebut juga full-cost price. Sylos-Labini menyusun teori perilaku oligopoli yang juga kolusif dengan asumsi utama teknologi produksi tidak bersambung. Oleh karena itu, skala perusahaan terbagi atas skala kecil, sedang dan besar. Sylos juga menggunakan. entry-gap dari Bain, tetapi dengan menentukan, pada jumlah produksi. Dalam model ini harga ditentukan oleh perusahaan yang berskala besar dan mempunyai biaya rata-rata terendah. Harga ini dapat diterima oleh semua perusahaan, dalam industri, oleh karena diandaikan, perusahaan besar tadi mengetahui seluruh struktur yang biaya yang terjadi dalam industri dan mengetahui pula permintaan pasar. Entry dapat terjadi dengan bebas bagi perusahaan yang berskala kecil. Sebenarnya, tingkat harga masih dapat lebih rendah daripada harga minimum yang dapat diterima bersama, tetapi kalau lebih rendah dari itu, hanya perusahaan yang besar dan sedang saja yang dapat beroperasi, sedangkan yang berskala kecil akan keluar (exit). Perusahaan-perusahaan yang besar ini kuatir juga kalau yang kecil-kecil exit, oleh karena pemerintah tetap melindunginya.
MODUL 5
STRUKTUR PASAR MONOPOLI
Kegiatan Belajar 1
Konsep dan Perilaku Monopoli
Struktur monopoli tidak hanya ditemukan pada sektor industri pengolahan, tetapi juga pada sektor-sektor ekonomi lainnya. Namun demikian, perilakunya dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen dan sumber daya ekonomi. Dalam berbagai kasus kehidupan sehari-hari dengan mudah ditemukan struktur monopoli yang juga memperlihatkan perilaku dan kinerja yang mendikte pasar. Pengertian monopoli tidak lagi terbatas pada satu-satunya produsen atau penjual, tetapi kesatuan tindakan dan keputusan dan kinerja, seperti monopoli yang kolusif.
Di berbagai negara, jika dilihat tingkat konsentrasi industri maka konsentrasi itu cenderung meningkat sehingga terdapat pertanda-pertanda ditemukannya derajat monopoli yang semakin meningkat dalam struktur pasar. Gejala-gejala yang paling sering ditemukan adalah persaingan monopolistik dengan memproduksi barang-barang yang berdiferensiasi. Ha1 ini menimbulkan pula kegiatan advertensi pada berbagai media-massa. Tingkat harga dalam struktur monopoli cenderung lebih tinggi pada struktur persaingan karena monopolis mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan mengendalikan jumlah produksi. Tetapi dengan tingkat harga yang demikian dapat menimbulkan persaingan baru, oleh karena menarik entry.
Beberapa sebab munculnya struktur monopoli dalam struktur pasar karena terjadinya merger, dimulai dengan perusahaan yang berskala besar, terjadinya inovasi, adanya fasilitas dan perlindungan pemerintah dan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan adanya hak-hak istimewa untuk mengelola sumber daya ekonomi. Dengan adanya struktur monopoli dapat pula mengakibatkan kestabilan persediaan barang-barang yang diperkuat oleh adanya gejala-gejala siklis, dan sifat-sifat produksi musiman, dan adanya unsur-unsur spekulasi yang lebih besar dalam perilaku monopolis. Namun demikian, masih ada segi positif dari monopoli, yang antara lain terlihat dalam melakukan penelitian dan pengembangan dalam usaha invensi dan inovasi, tetapi lazimnya dilakukan oleh induk perusahaan.
Kegiatan Belajar 2
Praktik Monopoli dan Permainan Pemerintah
Praktik-praktik yang sering ditemukan dalam kegiatan usaha monopoli sukar mengukurnya, tetapi dari perilaku yang terjadi dicoba untuk mengamatinya. Monopoli dapat saja terjadi sebagai struktur, tetapi yang menjadi persoalan adalah sampai berapa jauh perilakunya dapat dikendalikan. Dengan terjadinya monopoli dalam pasar maka cenderung mempercepat akumulasi modal dan perusahaan ini memperluas kegiatannya dalam berbagai bidang usaha sehingga dengan mudah terjadi konglomerasi.
Perilaku yang sering diamati adalah dalam hal mengatur pasar, penentuan harga, diskriminasi harga, dan berbagai cara untuk menekan lawan sehingga tidak terjadi saingan. Oleh karena itu, kolusi merupakan salah satu cara untuk menghindarkan risiko yang lebih besar. Kalaupun terjadi kolusi tidak terbuka karena ada pengawasan dari pemerintah yang mempunyai sejenis undang-undang anti monopoli. Oleh karena itu, kolusi terjadi secara diam-diam.
Usaha pemerintah untuk membatasi perilaku yang merugikan itu, kadang-kadang tidak hanya dengan melahirkan undang-undang anti monopoli, tetapi juga dengan mengambil alih perusahaan itu menjadi milik negara. Tetapi dengan mengambil alih, citra terhadap pemerintah kurang baik sehingga terjadi usaha-usaha pengendalian perilaku yang lebih sesuai, namun demikian kemampuan undang-undang itu masih diragukan, kalau kepastian hukum kurang ditegakkan, oleh karena aparat penegak hukum khususnya dan pemerintah umumnya berhadapan dengan pengusaha-pengusaha kuat.
Namun demikian, pada beberapa negara, struktur monopoli kurang dikendalikan, malahan diberikan hak hidup, seperti adanya kartel dan juga lisensi dan penunjukan untuk menyelenggarakan kegiatan monopoli terhadap suatu perdagangan atau pun memproduksi komoditi. Dalam hal ini tentunya secara implisit, kontrol telah disiapkan terlebih dulu, agar mereka (monopolist) tidak sewenang-wenang dalam memperoleh laba yang tinggi.
MODUL 6
KETEGARAN HARGA
Kegiatan Belajar 1
Ketegaran Harga dan Efisiensi
Pada masa depresi tahun 1930-an terjadi perkembangan harga-harga yang tidak fleksibel. Dalam hal ini seyogianya tingkat harga semua komoditi menurun, tetapi ternyata ada harga komoditi turun dengan sangat tajam, tetapi di pihak lain ada yang relatif tetap. Hal terakhir ini disebut ketegaran harga. Hipotesis Means menjelaskan bahwa ketegaran itu berkaitan dengan struktur pasar industri. Semakin tinggi tingkat konsentrasi industri, semakin tegar tingkat harga. Teori ini menjadi kontroversi sampai saat ini.
Ketegaran harga ini mempunyai pengaruh terhadap efisiensi industri. Secara teoretik sudah sering digambarkan bahwa dengan struktur industri semakin terkonsentrasi (katakanlah baik monopoli maupun oligopoli) maka alokasi sumber daya ekonomi tidak optimal, oleh karena dengan sengaja industri melakukan tindakan mengurangi produksi. Hal ini dilakukan oleh karena pasar dapat dikontrol, penawaran dapat dibatasi untuk menjaga tingkat laba yang tinggi. Harberger telah melakukan penelitian terhadap perilaku yang demikian. Ada bagian kesejahteraan konsumen yang hilang (welfare-loss) dan ada bagian produksi yang menganggur, tetapi beban ini dipikul oleh konsumen.
Secara ilustratif dapat dijelaskan mengapa industri yang konsentrasi tinggi, semakin mengalami ketegaran harga, seperti perlunya tambahan biaya informasi untuk konsumen, perubahan-perubahan dalam advertensi dan perubahan-perubahan harga yang mungkin timbul dari input produksi, pergudangan, transpor dan sebagainya, tetapi di pihak lain ada peluang untuk membeli, mengangkut, dan mengolah dalam jumlah besar sehingga perusahaan lebih efisien. Namun demikian, Means mempunyai pendapat bahwa motivasi laba maksimum dari kekuatan yang dapat mengontrol pasar membawa tingkat harga relatif semakin tegar. Ketegaran itu semakin sulit menurunkan harga, tetapi cenderung menaikkan harga. Berbagai usaha untuk menguji hipotesis ini sebagian telah membenarkannya, tetapi berbagai kelemahan dalam metodologi dan definisi masih ditemui sehingga masih tetap menjadi kontroversi.
Kegiatan Belajar 2
Ketegaran Harga dan Stabilitas Makro
Ketegaran harga timbul terutama disebabkan oleh struktur pasar industri atau konsentrasi industri membawa berbagai kaitan dengan variabel ekonomi makro. Variabel-variabel itu, antara lain adalah inflasi, investasi, kesempatan kerja, konsumsi, pendapatan dan distribusi pendapatan. Dalam uraian pada kegiatan belajar ke-2 diutamakan pada uraian kaitannya dengan inflasi, kesempatan kerja, investasi, permintaan dan konsentrasi industri itu sendiri. Pandangan tentang terjadinya ketegaran harga memang masih tetap merupakan pandangan yang kontroversi. Namun demikian, telah banyak penelitian yang membenarkan pandangan itu.
Kaitan antara ketegaran harga dengan tingkat inflasi, sering dikaitkan dengan terjadinya tingkat harga yang tegar untuk turun, tetapi relatif fleksibel untuk meningkat, tetapi dapat juga dikaitkan dengan adanya desakan tuntutan upah atau gaji dari kaum pekerja. Hal ini semakin berpengaruh kalau serikat pekerja mempunyai organisasi yang relatif fleksibel untuk meningkat.
Kekuatan monopoli atau oligopoli diimbangi oleh organisasi pekerja sehingga mempercepat timbulnya cost-push inflation yang didorong oleh wage-push inflation dan profit-push inflation. Kekuatan mana yang lebih besar tergantung pada tingkat margin mana yang lebih besar dan peranan industri pengolahan dalam struktur ekonomi.
Kaitan ketegaran harga dengan investasi telah dibuktikan akan membawa akibat ketidakstabilan investasi. Kurva MCC dan MEI akan berjalan di bawah MCC dan MEI dalam kondisi harga yang fleksibel. Hal ini terjadi oleh karena tingkat harga yang besar dan tegar itu tetap tinggi. Tingkat harga tinggi oleh karena margin laba yang tinggi, akibatnya pemegang saham mendapat dividen yang tinggi pula. Jumlah dividen ini tidak dikonsumsi, tetapi digunakan untuk membeli obligasi atau untuk menabung sehingga biaya (bunga) menurun. Kalau investasi terus dilakukan maka pengembalian investasi pun menurun.
Pengaruh ketegaran harga terhadap pembagian pendapatan tingkat konsumsi dapat dipelajari kembali pada cash-balance effect dari Pigou. Pengaruh distribusi secara fungsional adalah kembali pada bagian laba, upah dan bunga. Oleh karena margin laba yang tinggi maka margin untuk upah dan bunga atau sewa menurun.
MODUL 7
PROTEKSI INDUSTRI
Kegiatan Belajar 1
Konsep dan Kebijakan Proteksi
Pembangunan didahului dengan berbagai prasyarat dalam perkembangan ilmu dan teknologi, antara lain menciptakan barang-barang baru untuk dipasarkan. Barang-barang pada tahap awal mendapat perlindungan agar tidak tersingkir dari pasar, namun perlindungan itu tidak mengurangi kemampuannya bersaing. Sejarah Revolusi Industri di Inggris memperlihatkan bukti-bukti tentang terjadinya proses invensi dan inovasi.
Di samping munculnya komoditi baru, keadaan pasar barang-barang makin meluas. Dengan demikian, perdagangan internasional menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Namun, dengan timbulnya kemerdekaan di negara-negara jajahan (termasuk di bagian Utara benua Amerika) maka di sana terjadi pula proses pembangunan yang bertujuan melepaskan ketergantungan kepada negara-negara lain. Baik di wilayah Amerika Bagian Utara maupun di Eropa muncul politik perlindungan kegiatan ekonominya. Arus volume perdagangan berkaitan pula dengan penghasilan suatu negara, dan memperlihatkan kemampuan membayar utang. Jika nilai ekspor yang diperoleh berkurang maka kemampuan membayar utang pun menurun. Hal ini jelas terlihat pada masa resesi atau depresi 1929-1932.
Perkembangan yang baik di pasar internasional tidak pula selalu diikuti dengan perkembangan kegiatan ekonomi yang berlangsung di dalam negeri yang pesat. Hal ini terbukti bagi Indonesia pada tahun-tahun awal dekade 1960-an. Dalam keadaan yang demikian tergantung pula pada politik ekonomi yang dianut Indonesia, yang ingin serba berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Dengan berkembangnya proses industrialisasi di negara-negara yang sedang berkembang maka komposisi ekspornya mulai beralih, dari ekspor negara-negara tersebut telah menuju ke negara-negara maju dan juga ke negara-negara berkembang lainnya, yang terdiri dari barang-barang industri pengolahan. Bagi negara-negara maju hal ini menimbulkan persaingan terhadap barang-barang yang diproduksi di dalam negeri sehingga timbul proteksi.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, yang dimulai dengan tahap industri pengganti impor maka timbul pula politik perlindungan. Dengan demikian, timbullah perlindungan dalam perdagangan barang-barang yang timbal-balik. Keadaan ini tidak terbatas dalam rintangan tarif, tetapi juga nontarif. Rintangan-rintangan perdagangan, berarti menurunnya kapasitas produksi yang terpakai. Di samping itu, semula kurang dipahami asumsi-asumsi yang tersembunyi dalam strategi industrialisasi pengganti impor sehingga banyak implikasi yang muncul di luar dugaan, seperti berkembangnya ekonomi biaya tinggi, subsidi yang makin meningkat, kemampuan bersaing dengan barang-barang dari luar negeri menurun.
Pada saat industri-industri pengganti impor ini sampai pada tahap kejenuhan maka daya serap pasar di dalam negeri menurun dan kapasitas produksi pun tidak dapat fleksibel, terpaksa juga harus diturunkan. Seyogianya, jika pasar di dalam negeri menurun maka secara perlahan barang-barang itu dapat diekspor. Tetapi karena kemampuan bersaing juga kurang maka ekonomi biaya tinggi makin dijadikan sebagai
Kegiatan Belajar 2
Konsep dan Praktik Proteksi
Proteksi meliputi tarif dan nontarif melalui tarif bea masuk, digolongkan atas dua jenis, yakni tarif nominal dan tarif efektif. Tarif nominal dinyatakan beberapa% dari nilai impor (fob), sedangkan tarif efektif dihitung dengan mengetahui lebih dulu nilai tambah suatu komoditi, yang dapat diciptakan di dalam negeri dan nilai tambah komoditi itu di pasar internasional. Kemudian, dihitung persentase perbedaannya. Proteksi nontarif dapat berupa pelarangan impor, membatasi impor, rintangan-rintangan administrasi, dan lisensi impor.
Kebijakan tarif dan nontarif ini berkaitan dengan variabel-variabel ekonomi lainnya, seperti pendapatan pemerintah, harga barang-barang di dalam negeri, termasuk dalam hal bahan baku, kurs mata uang di dalam negeri dan luar negeri, teknologi produksi, kesempatan kerja, dan berkaitan pula dengan produksi sektor pertanian dan efisiensi industri. Tingkat tarif yang relatif tinggi untuk barang-barang konsumsi akan mengurangi daya saing, sedangkan bagi bahan baku, akan menimbulkan harga yang relatif tinggi, dan sukar mendapat daya saing. Dalam batas waktu tertentu proteksi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi jika terus-menerus akan merugikan ekonomi di dalam negeri karena setiap komoditi akan mengalami masa jenuh. Produksi di dalam negeri relatif lebih banyak tersedia, sedangkan harganya relatif mahal maka kemampuan daya beli tidak naik sebagaimana diharapkan. Hal ini dapat menimbulkan keadaan under-capacity yang lebih tinggi, dan makin mendorong ekonomi biaya tinggi.
Dalam berbagai kasus di negara-negara Amerika Latin dan negara berkembang lainnya, proteksi juga menimbulkan konsentrasi pasar dan monopoli, dan malahan di Pakistan menimbulkan pula tekanan terhadap sektor pertanian, dan di Amerika Serikat tahun 1978-1982, telah menurunkan kesempatan kerja 40% pada industri mobil diperlukan proteksi dari saingan luar negeri. Proteksi yang tinggi dapat menimbulkan mata uang dalam negeri menjadi over-valued.
MODUL 8
INDUSTRIALISASI DAN KEUNTUNGAN KOMPARATIF
Kegiatan Belajar 1
Industrialisasi dan Pembangunan Ekonomi
Industri secara kasar dapat dibagi 2, yaitu industri jasa dan industri yang menghasilkan barang-barang. Sektor industri yang menghasilkan barang-barang adalah pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, air, gas dan listrik, sedangkan industri jasa yakni perdagangan, angkutan (transportasi), pemerintahan, perbankan, asuransi persewaan dan jasa-jasa lainnya. Secara umum sektor-sektor industri tadi dibagi atas sektor primer, sekunder dan tersier.
Secara ideal, proses industrialisasi bertujuan untuk perubahan struktur ekonomi sehingga terjadi penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi dan secara ekonomis masyarakat akan lebih makmur.
Kemajuan proses industrialisasi dapat juga diukur dengan melihat jumlah kebutuhan yang berasal dari industri pengolahan. Semakin banyak jenis kebutuhan manusia dalam lingkungan tertentu dipenuhi oleh hasil-hasil industri pengolahan dapat juga dijadikan pertanda maju atau terlambatnya proses itu berlangsung.
Bagi Indonesia, alasan untuk melakukan industrialisasi mempunyai berbagai alasan yang kuat yaitu untuk maju. Akan tetapi ada dua hal yang penting yang perlu diperhitungkan, apakah orientasi kita ke arah pengganti impor atau ke arah promosi ekspor.
Dalam melihat perkembangan industri perlu diperhatikan apakah industri itu mempunyai kaitan ke arah hulu atau hilir.
Kegiatan Belajar 2
Keuntungan Komparatif
Dalam membahas teori perdagangan internasional asumsi yang sering digunakan adalah perdagangan bebas. Itulah asumsi perdagangan bebas sebagai suatu bentuk yang ideal. Walaupun dalam dunia perdagangan internasional banyak terjadi rintangan, bukan berarti asumsi perdagangan bebas tidak berguna. Setidak-tidaknya dengan menggunakan asumsi itu, dapat dilihat penyimpangan kejadian-kejadian ekonomi yang menyimpang dari keadaan ideal. Dengan terjadinya penyimpangan-penyimpangan itu, akan dapat pula dilihat akibat-akibat positif dari kejadian itu.
Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya suatu keuntungan komparatif, barang itu mampu bersaing di pasaran internasional. Dengan demikian, berlangsung perdagangan. Keunggulan itu dapat dihubungkan dengan teknologi produksi, tahap pertumbuhan produksi, pola konsumsi, dan siklus produk. Teknologi padat modal telah mulai bergeser ke teknologi padat keterampilan, yang membutuhkan investasi manusia yang semakin tinggi.
Teori Heckscher Ohlin, seperti yang diteliti oleh Leontief di AS tidak tepat, malahan barang-barang yang padat modal yang memasuki negara itu dan sebaliknya barang-barang dengan teknologi padat karya yang diekspor dari negara tersebut. Pola perdagangan yang diamati dalam jangka panjang, siklus produk atau pola bangau terbang banyak mendapat perhatian sejak tahun 1960-an. Namun demikian, faktor-faktor internal (dalam negeri) mempunyai pengaruh yang berarti, di samping faktor-faktor lingkungan internasional.
Berbagai rintangan terjadi, oleh karena negara-negara yang baru memasuki industrialisasi dapat memproduksi barang-barang yang dulu diimpor, telah memasuki tahap perluasan ekspor; sedangkan negara-negara yang mengekspornya dulu, telah mengalami masa mengimpor kembali. Untuk memperpanjang siklus suatu produk, peranan penelitian dan pengembangan tentunya perlu mendapat perhatian yang lebih besar.